Senin, 18 April 2011

foto ujian penurunan kyu pada tanggal 13 maret 2011




























foto bersama rekan karateka inkanas





arti dari lambang karate inkanas

Bulat Garis Tebal Berwarna Hitam :
Simbol persatuan dan kesatuan dengan tekad yang bulat dan teguh disertai dengan sikap yang tegas untuk mampu menghadapi segala tantangan.

Huruf Institut Karate-Do Nasional Berwarna Putih :
Simbol identitas organisasi dalam bentuk nama lengkap.

Huruf Inkanas Berwarna Putih :
Simbol identitas organisasi dalam bentuk singkatan.

Bulat Kecil Didalam Berwarna Hitam :
Simbol sumpah karate dan sikap bushido yang mendasari dan menjiwai karateka.

Gambar Lambang Shotokan Berwarna Putih :
Simbol afiliasi aliran karate shotokan.

mengapa kita harus kiai ?

Kiai, yang berarti teriakan semangat merupakan salah satu komponen penting dalam berlatih karate. Bukan sekedar mengeluarkan udara dan suara sekeras-kerasnya, namun lebih dari itu. Kiai yang salah hanya akan membahayakan karateka itu sendiri, karena dalam kondisi itu akan mudah diserang. Bahkan dalam serangan yang lemah sekalipun. Hal ini sering terjadi dalam turnamen. Mungkin karena terlambat kiai akhirnya serangan lawan masuk. Dan bisa ditebak, sakitnya jangan ditanya lagi. Belajar dari pengalaman, ternyata kiai ketika kita dipukul lebih sakit daripada kita dalam latihan biasa (yang tidak ada lawannya tentu saja !).

Nah, kembali ke masalah kiai tadi. Secara teori sebenarnya ada tiga manfaat poin penting dalam kiai. Yang pertama tentu saja menunjukkan semangat bertarung alias fighting spirit kita. Jelas kita nggak mungkin bertanding tanpa mengeluarkan suara. Seorang teman bilang, “Nggak seru deh, rasanya kok nggak niat”, begitu katanya. Dan rasanya pendapat itu tidak salah juga. Coba bayangkan sendiri kalau Anda kumite dengan lawan yang seperti itu. Dalam sesi latihan biasanya kiai pada gerakan kelima atau kesepuluh, jika berlatih dasar (kihon). Atau pada teknik yang terakhir. Umumnya senior/pelatih akan memberikan aba-aba untuk berteriak.

Jangan dikira kiai adalah pekerjaan mudah. Umumnya sering saya melihat yunior-yunior sangat sulit kalau disuruh kiai setiap akhir suatu teknik. Kalau murid pemula seharusnya tidak masalah, tapi kalau murid tingkat lanjut ? Tentu ini jadi masalah kalau harus turun dalam turnamen resmi. Karena fungsi kiai disini juga untuk mengantisipasi cedera dalam kumite. Kedua, mempengaruhi lawan. Bagaimana bisa dengan hanya berteriak lawan akan terpengaruh bahkan sampai ketakutan. Ada istilah kiai jutsu dalam dunia bela diri, dimana dengan hanya berteriak maka lawan akan mengurungkan serangan.

Rahasianya ternyata cukup simpel, dimana saat kita berteriak harus dilandasi dengan semangat berperang yang sungguh-sungguh tanpa keraguan dan ketakutan. Yang pasti saya tidak mengatakan ini mudah, karena saat kita maju menghadapi lawan ketakutan pasti ada. Dan rasanya itu hal yang manusiawi. Sedangkan yang terakhir, kiai bisa juga berfungsi sebagai elemen yang meningkatkan tenaga dengan memberi penekanan pada otot.

Dalam suatu acara demonstrasi, umumnya acara puncaknya adalah tamesware (pemecahan). Kalau Anda perhatikan, si peraga tentu kiai saat memecahkan batu, kayu, es atau apapun yang menjadi bahan tameswarenya. Tidak masalah dengan menggunakan bagian tubuhnya yang mana untuk memecahkan. Tentu saja dengan memecahkan harus didukung dengan pernapasan dan kime (fokus/konsentrasi) yang benar. Nah, itulah rahasianya kiai. Tapi boleh dong kalau saya menambahkan satu lagi. Kiai juga bisa membuat kita lebih rileks dan segar alias fresh. Dan memang dari sudut psikologi berteriak adalah salah satu cara menghilangkan ketegangan fisik dan pikiran. Anda setuju ?

sejarah karate

Sejarah karate sampai saat ini tidak begitu jelas, sehingga untuk mengetahuinya sedikit banyak harus mempercayai dari cerita dan legenda.

Sejarah karate sampai saat ini tidak begitu jelas, sehingga untuk mengetahuinya sedikit banyak harus mempercayai dari cerita dan legenda.

Menurut sejarah sebelum menjadi bagian dari Jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau-pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina.

Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang bermacam-macam datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Yang di kemudian hari menginspirasi nama kata seperti Jion yang mengambil nama dari biksu Budha. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang pergi ke Cina lalu kembali ke Okinawa dan mengajarkan ilmu yang sudah diperoleh di Cina.

Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite , Nahate dan Tomarite.



Namun demikian pada akhirnya Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.

Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868, Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu.Selanjutnya pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana. Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang.

Selama di Jepang pula Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti "Ryukyu Kempo : Karate" dan "Karate-do Kyohan". Dan sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.

Gichin Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang dalam kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama "Shoto" sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan "Kan" yang berarti ruang atau balai utama tempat muridnya-muridnya berlatih.

Simbol harimau yang digunakan karate Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao.

Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1949 Japan Karate Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.

Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (lihat Enpi, Kanku Dai, Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.

Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk menguasai manfaat dari kata. Dia memilih kata yang yang terbaik untuk penekanan fisik dan bela diri. Yang mana mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni daripada olah raga. Baginya kata adalah karate. Funakoshi meninggal pada tanggal 26 April 1957.

Hingga kini 4 besar aliran karate di Jepang yaitu Shotokan, Gojuryu, Wadoryu dan Shitoryu

teknik karate

Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).

Kihon

Kihon (基本:きほん, Kihon?) secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.

Kata

Kata (型:かた) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.

Kumite

Kumite (組手:くみて) secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Untuk aliran "kontak langsung" seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian, dan menyerang titik vital.